Selasa, 26 Agustus 2014

Jadi Dokter Hewan

Sekian lama tenggelam dalam kesibukan, akhirnya bisa kembali lagi ke blog tercinta ini buat berbagi cerita. Hari ini kebetulan gak ada jadwal kuliah dan sebagai anak kos saya bingung apa yang harus saya lakukan dalam kesendirian di kamar 3x3 ini. Yaudah deh akhirnya iseng buka laptop dan keinget sama blog ini.

Kali ini saya mau cerita tentang apa yang membuat saya bisa "nyasar" masuk ke universitas ini, pada jurusan ini. Oh ya, buat yang belum tau, saat ini saya sedang tersesat dalam kehidupan di kampus Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kedokteran Hewan. Iyasp, sekarang saya resmi "tersesat" dalam tumpukan arsip mahasiswa baru Kedokteran Hewan UGM.

Sebenernya sih sejak di SNMPTN saya sudah berkeinginan untuk mendaftar di FKH IPB atau UB, namun, karena berbagai pertimbangan akhirnya saya mendaftar pada jurusan Teknik Metalurgi ITS. Sayangnya, belum ada siswa dari SMA saya yang berhasil menembus ITS lewat jalur SNMPTN dan hal itu juga terjadi kepada saya. 27 Mei 2014, dengan penuh kemantapan saya membuka pengumuman SNMPTN dengan penuh rasa percaya diri akan diterima, sayang, bukan kata selamat yang saya dapatkan, tidak juga kata maaf. Hanya ada sebuah kalimat, "Anda dinyatakan tidak lolos seleksi SNMPTN" dengan background berwarna merah.

Hiks, sedih rasanya. Di saat yang sama, teman-teman saya di facebook, twitter, dan bbm kompak mengucap, "Alhamdulillah" lengkap dengan screenshot pengumuman yang menyatakan bahwa mereka lolos seleksi SNMPTN. Berbagai pesan pun mulai memenuhi handphone saya, semua kompak memberi kabar gembira bahwa mereka lolos, dilengkapi pertanyaan, "Kamu gimana? Lolos kan?". Saya hanya diam, tak satupun pesan saya balas.

Penderitaan tidak berhenti sampai disitu, teman saya terus mengirim pesan kepada saya, dengan pertanyaan yang sama. Akhirnya saya pun menyerah, orang pertama yang saya beri tahu adalah (sebut saja) sahabat saya, malu rasanya memberitahukan kemalangan yang menimpa saya kepadanya. Saya merasa sungguh tidak pantas menjadi sahabatnya waktu itu. Saya merasa gagal. Namun, dari dia kemudian keluar sebuah kalimat yang membuat saya termotivasi, "Gak apa-apa, siapa tau di SBMPTN nanti kamu bisa masuk jurusan yang kamu banget". Kalimat itu bagaikan api yang menyulut ribuan galon bensin dalam diri saya, membakar saya dalam api semangat perjuangan.

Saya bangkit, mulai mengumpulkan asa untuk dapat meraih satu kursi di perguruan tinggi negeri. Saya mulai belajar dengan tekun, mengurangi jam bermain saya, bahkan saya menutunkan target. Saya mendaftar pada jurusan dengan passing grade yang lebih rendah daripada jurusan yang saya pilih pada SNMPTN.

17 Juni 2014 pukul 03.00 WIB, saya berangakat diantar orang tua saya menuju kampus pascasarjana UNNES untuk melakukan ujian SBMPTN. Berbagai ketakutan mulai muncul saat saya memasuki ruang tes, berbagai rasa takut akan kegagalan mulai datang. Aneh, sebelumnya saya tidak pernah takut gagal.

Lembaran soal pun dibagikan, saya membuka dengan perlahan, tak lupa disertai doa. Soal demi soal mulai saya kerjakan, tidak banyak yang bisa saya kerajakan, namun menurut perhitungan saya, seharusnya sudah lebih dari cukup untuk dapat lolos pada jurusan yang saya pilih. Selesai mengerjakan, saya keluar ruangan dengan langkah gontai, kaki saya serasa tak mampu menopang beban di hati dan pikiran saya. Saya pun pulang dengan penuh rasa takut akan kegagalan.

Selain mendaftar di SBMPTN, saya juga mendaftar UM UGM dengan sedikit rasa keterpaksaan karena sejak awal saya tidak ingin kuliah di UGM, entah kenapa. 22 Juni 2014, saya menjalani ujian UM UGM, entah kenapa, sama sekali tidak ada rasa takut gagal saat kertas soal dibagikan. Saya pun dapat mengerjakan soal demi soal dengan mudah dan santai, saya keluar ruangan dengan kaki yang kokoh, langkah yang kuat, tak lagi gontai. Padahal ada sedikit kesalah pahaman antara saya dengan (sebut saja) sahabat saya di malam hari sebelum ujian yang sempat membuat pikiran saya kacau.

Hari yang saya tunggu-tunggu pun tiba, 16 Juli 2014, hasil ujian SBMPTN diumumkan. Lagi-lagi, bukan kata selamat yang saya dapatkan dan lagi-lagi, saya ditolak masuk PTN tanpa kata maaf. Hanya kalimat sama yang saya dapatkan, “Anda dinyatakan tidak lolos seleksi SBMPTN”.

Keesokan harinya, 17 Juli 2014, saya putuskan untuk mendaftar pada sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Berbagai dokumen saya siapkan, dibantu oleh ibu saya. Di tengah kesibukan kami menyiapkan dokumen, saya kembali menangis, mengingat apa yang sudah saya lakukan, menyesalinya. Ibu saya memeluk saya dengan erat, menumpahkan segala yang ada dalam pikirannya. Menguatkan hati saya, menceritakan sesuatu yang tidak pernah saya sadari sebelumnya. Beliau menceritakan apa yang orang tua saya harapkan dari saya. Saya pun sadar, ada tanggung jawab besar di pundak saya. Saya harus kuat.

18 Juli 2014, pengumuman UM UGM, harapan terakhir saya untuk bisa masuk ke PTN. Saya berdoa, semoga yang akan saya lihat di pengumuman nanti adalah yang terbaik bagi saya. Saya buka pengumuman itu, dan saya begitu terkejut. Saya membaca kalimat yang belum pernah saya baca sebelumnya. “Selamat, Anda diterima pada program studi S1 Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada melalui jalur Ujian Tulis”.

Saya berlari menghampiri orang tua saya. Mereka menangis, ibu saya yang pertama memeluk saya, beliau mengucapkan selamat, dan yang paling membuat saya bahagia, ayah saya memeluk saya setelah sekian lama. Terakhir kali beliau memeluk saya ketika keluarga kami mendapat musibah saat saya kelas 6 SD, enam tahun yang lalu.

Saat itu juga, saya buang dokumen-dokumen yang sudah saya siapkan untuk mendaftar di PTS, saya langsung menyibukkan diri dengan menyiapkan dokumen baru untuk mendaftar ulang di UGM.


Saya akhirnya mengerti apa maksud perkataan (sebut saja) sahabat saya waktu itu, saya akhirnya masuk jurusan yang ‘aku banget’. Jurusan yang pada awalnya akan saya tekuni, dan sempat berpaling hingga akhirnya saya kembali pada jurusan tersebut, pada mimpi saya menjadi seorang dokter hewan.

Disinilah saya sekarang

Bundaran UGM

Fakultas Kedokteran Hewan

 Foto di depan RSH Prof. Soeparwi

 Foto di Klinik Kuningan

Foto di depan ruang UKM dengan anggota UKM