Sekian lama tenggelam dalam kesibukan,
akhirnya bisa kembali lagi ke blog tercinta ini buat berbagi cerita. Hari ini
kebetulan gak ada jadwal kuliah dan sebagai anak kos saya bingung apa yang
harus saya lakukan dalam kesendirian di kamar 3x3 ini. Yaudah deh akhirnya
iseng buka laptop dan keinget sama blog ini.
Kali ini saya mau cerita tentang apa yang
membuat saya bisa "nyasar" masuk ke universitas ini, pada jurusan
ini. Oh ya, buat yang belum tau, saat ini saya sedang tersesat dalam kehidupan
di kampus Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kedokteran Hewan. Iyasp, sekarang
saya resmi "tersesat" dalam tumpukan arsip mahasiswa baru Kedokteran
Hewan UGM.
Sebenernya sih sejak di SNMPTN saya sudah
berkeinginan untuk mendaftar di FKH IPB atau UB, namun, karena berbagai
pertimbangan akhirnya saya mendaftar pada jurusan Teknik Metalurgi ITS.
Sayangnya, belum ada siswa dari SMA saya yang berhasil menembus ITS lewat jalur
SNMPTN dan hal itu juga terjadi kepada saya. 27 Mei 2014, dengan penuh
kemantapan saya membuka pengumuman SNMPTN dengan penuh rasa percaya diri akan
diterima, sayang, bukan kata selamat yang saya dapatkan, tidak juga kata maaf.
Hanya ada sebuah kalimat, "Anda
dinyatakan tidak lolos seleksi SNMPTN" dengan background berwarna merah.
Hiks, sedih rasanya. Di saat yang sama,
teman-teman saya di facebook, twitter, dan bbm kompak mengucap,
"Alhamdulillah" lengkap dengan screenshot pengumuman yang menyatakan
bahwa mereka lolos seleksi SNMPTN. Berbagai pesan pun mulai memenuhi handphone
saya, semua kompak memberi kabar gembira bahwa mereka lolos, dilengkapi
pertanyaan, "Kamu gimana? Lolos kan?". Saya hanya diam, tak satupun
pesan saya balas.
Penderitaan tidak berhenti sampai disitu,
teman saya terus mengirim pesan kepada saya, dengan pertanyaan yang sama.
Akhirnya saya pun menyerah, orang pertama yang saya beri tahu adalah (sebut
saja) sahabat saya, malu rasanya memberitahukan kemalangan yang menimpa saya
kepadanya. Saya merasa sungguh tidak pantas menjadi sahabatnya waktu itu. Saya
merasa gagal. Namun, dari dia kemudian keluar sebuah kalimat yang membuat saya
termotivasi, "Gak
apa-apa, siapa tau di SBMPTN nanti kamu bisa masuk jurusan yang kamu
banget". Kalimat itu bagaikan api yang menyulut ribuan galon
bensin dalam diri saya, membakar saya dalam api semangat perjuangan.
Saya bangkit, mulai mengumpulkan asa untuk
dapat meraih satu kursi di perguruan tinggi negeri. Saya mulai belajar dengan
tekun, mengurangi jam bermain saya, bahkan saya menutunkan target. Saya
mendaftar pada jurusan dengan passing grade yang lebih rendah daripada jurusan
yang saya pilih pada SNMPTN.
17 Juni 2014 pukul 03.00 WIB, saya
berangakat diantar orang tua saya menuju kampus pascasarjana UNNES untuk
melakukan ujian SBMPTN. Berbagai ketakutan mulai muncul saat saya memasuki
ruang tes, berbagai rasa takut akan kegagalan mulai datang. Aneh, sebelumnya
saya tidak pernah takut gagal.
Lembaran soal pun dibagikan, saya membuka
dengan perlahan, tak lupa disertai doa. Soal demi soal mulai saya kerjakan,
tidak banyak yang bisa saya kerajakan, namun menurut perhitungan saya,
seharusnya sudah lebih dari cukup untuk dapat lolos pada jurusan yang saya
pilih. Selesai mengerjakan, saya keluar ruangan dengan langkah gontai, kaki
saya serasa tak mampu menopang beban di hati dan pikiran saya. Saya pun pulang
dengan penuh rasa takut akan kegagalan.
Selain mendaftar di SBMPTN, saya juga
mendaftar UM UGM dengan sedikit rasa keterpaksaan karena sejak awal saya tidak
ingin kuliah di UGM, entah kenapa. 22 Juni 2014, saya menjalani ujian UM UGM,
entah kenapa, sama sekali tidak ada rasa takut gagal saat kertas soal
dibagikan. Saya pun dapat mengerjakan soal demi soal dengan mudah dan santai,
saya keluar ruangan dengan kaki yang kokoh, langkah yang kuat, tak lagi gontai.
Padahal ada sedikit kesalah pahaman antara saya dengan (sebut saja) sahabat
saya di malam hari sebelum ujian yang sempat membuat pikiran saya kacau.
Hari yang saya tunggu-tunggu pun tiba, 16
Juli 2014, hasil ujian SBMPTN diumumkan. Lagi-lagi, bukan kata selamat yang
saya dapatkan dan lagi-lagi, saya ditolak masuk PTN tanpa kata maaf. Hanya
kalimat sama yang saya dapatkan, “Anda dinyatakan tidak lolos seleksi SBMPTN”.
Keesokan harinya, 17 Juli 2014, saya
putuskan untuk mendaftar pada sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung.
Berbagai dokumen saya siapkan, dibantu oleh ibu saya. Di tengah kesibukan kami
menyiapkan dokumen, saya kembali menangis, mengingat apa yang sudah saya
lakukan, menyesalinya. Ibu saya memeluk saya dengan erat, menumpahkan segala
yang ada dalam pikirannya. Menguatkan hati saya, menceritakan sesuatu yang
tidak pernah saya sadari sebelumnya. Beliau menceritakan apa yang orang tua
saya harapkan dari saya. Saya pun sadar, ada tanggung jawab besar di pundak
saya. Saya harus kuat.
18 Juli 2014, pengumuman UM UGM, harapan
terakhir saya untuk bisa masuk ke PTN. Saya berdoa, semoga yang akan saya lihat
di pengumuman nanti adalah yang terbaik bagi saya. Saya buka pengumuman itu,
dan saya begitu terkejut. Saya membaca kalimat yang belum pernah saya baca
sebelumnya. “Selamat, Anda diterima pada
program studi S1 Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada melalui jalur Ujian
Tulis”.
Saya berlari menghampiri orang tua saya.
Mereka menangis, ibu saya yang pertama memeluk saya, beliau mengucapkan
selamat, dan yang paling membuat saya bahagia, ayah saya memeluk saya setelah
sekian lama. Terakhir kali beliau memeluk saya ketika keluarga kami mendapat
musibah saat saya kelas 6 SD, enam tahun yang lalu.
Saat itu juga, saya buang dokumen-dokumen
yang sudah saya siapkan untuk mendaftar di PTS, saya langsung menyibukkan diri
dengan menyiapkan dokumen baru untuk mendaftar ulang di UGM.
Saya akhirnya mengerti apa maksud
perkataan (sebut saja) sahabat saya waktu itu, saya akhirnya masuk jurusan yang
‘aku banget’. Jurusan yang pada awalnya akan saya tekuni, dan sempat berpaling
hingga akhirnya saya kembali pada jurusan tersebut, pada mimpi saya menjadi
seorang dokter hewan.
Disinilah saya sekarang
Bundaran UGM
Fakultas Kedokteran Hewan
Foto di depan RSH Prof. Soeparwi
Foto di Klinik Kuningan
Foto di depan ruang UKM dengan anggota UKM